Senin, 30 Desember 2013
Kontemplasi Akhir Tahun 2013
Kontemplasi Akhir Tahun 2013
Saudaraku,
Mungkin sudah tidak terhitung seberapa banyak aib dari seseorang yang telah kita ungkap di hadapan khalayak ramai. Dan betapa kita mungkin merasa nikmat karena telah memperbincangkan aib seseorang, meskipun kita sendiri sesungguhnya belum yakin kebenarannya. Begitu ringannya lidah kita meluncurkan sebuah kalimat yang kita tidak tahu apakah kalimat tersebut membawa keridhoan Allah SWT atau mungkin malah mendatangkan kemurkaan-Nya. Semoga Allah SWT melindungi kita dari hal demikian.
Saudaraku,
“Engkau tidak akan memperoleh hakikat iman selama engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang ada pada dirimu sendiri. Perbaikilah aibmu, baru kemudian engkau perbaiki orang lain.
Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan tampak aib lain yang harus kau perbaiki.Akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri. Dan sesungguhnya, hamba yang paling dicintai Allah adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri.”
Saudaraku,
Betapa diri kita ini senantiasa dimanja oleh Allah setiap hari. Tidak terhitung berapa banyak nikmat yang kita terima dan rasakan sejak dari bangun tidur di pagi hari hingga akhirnya kembali lagi ke peraduan di malam harinya. Betapa Dia tak pernah menghentikan kasih-Nya, meski makhluk manusia seperti kita lebih banyak berpaling dan tidak pandai untuk bersyukur kepada-Nya.
Saudaraku,
Tidak rindukah kita kepada Allah? Tuhan yang telah dengan rapi membentuk jasad kita. Tidak rindukah kita menjemput kasih-Nya? Tuhan yang memberikan kita nafas kehidupan, penglihatan, pendengaran, hati dan akal untuk berfikir? Tuhan yang setiap harinya memanggil kita untuk terus mendekat pada kebajikan dan kemuliaan. Betapa Maha Pemurahnya Allah kepada makhluk-Nya untuk pengampunan.
Saudaraku,
Betapa indahnya warna kehidupan yang telah Allah SWT hadirkan di permukaan bumi ini. Banyak hal yang datang dan hadir silih berganti. Sedih dan senang, Mudah dan susah, Kaya dan miskin, semuanya ada dan terasa hadir dalam rangkaian yang saling melengkapi satu sama lain. Sungguh, betapa terlihat dinamisnya kehidupan yang tengah kita jalani ini. Dalam keberagaman warna itu, kita pun diajak berpikir bagaimana menempatkan posisi diri kita dalam kehidupan. Dimana posisi kita, dan apa peran kita serta hal yang bisa kita berikan bagi kelangsungan dan kebaikan kehidupan ini.
Saudaraku,
Tak ada alasan bagi kita untuk berkecil hati. Setiap manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing, dalam kelebihan dan kekurangan yang dibawanya. Setiap manusia punya peluang dan potensi untuk bisa memberikan manfaat pada orang lain. Berbagi manfaat kebaikan tidak mesti diukur dalam jumlah, namun yang terpenting adalah hal apa yang bisa kita berikan, dimana orang lain merasakan manfaatnya secara lahir maupun batin.
Saudaraku,
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk terus dapat berbagi dan bersinergi di tengah warna-warni kehidupan dunia ini, mengajak sesama ke jalan yang diridhoi-Nya, sesuai posisi dan potensi yang telah diberikan-Nya…
Ingatlah
Saudaraku…
Ketika tangan tangan para kekasih menurunkan tubuh kita ke dalam lahad dengan airmata kesedihan. Setelah itu kita sendirian di sana. Dalam kesempitan dan kegelapan. Lalu tubuh kita di hadapkan ke kiblat. Lalu kafan penutup wajah kita dibuka, dan muka kita diciumkan ketanah dinding kubur. Lalu tanah ditumpukkan pada tubuh kita. Lalu kita dipendam, lalu batu nisan bertuliskan nama kita ditancapkan di kubur kita..
Lalu kita ditinggalkan sendiri..
Bukan sebulan atau dua bulan. Tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun…sendiri..
Tak bisa berbagi… tak bisa berhubungan dengan siapapun… tak bisa bergerak kemanapun…
Tak ada pemandangan, tak ada warna…, yang ada hanya kegelapan dan kegelapan.., menunggu dan menunggu.. ribuan tahun.. sendiri..
Yang ditunggu adalah saatnya pertanggungjawaban..
Harapan dan dan ketakutan diselingi putus asa dan penyesalan
Itulah yang terus menghantui kita kelak…
Ingatlah saat itu..leburkan segala kekerasan hati
Cairkan jiwa untuk sujud dan menangis
Kembali padaNya yang akan menanti kita kelak
Saudara,
Biarkan angin terus berhembus
Biarkan air terus mengalir
Jangan kau cegah dan lawan hembusannya
Jangan kau tentang kemana mengalir arusnya
Kehidupan kan terus berjalan
Perjalanan akan tetap terasa panjang
Semua tak hanya berakhir di dunia
karena kelak banyak hal yang akan kita bawa
Bersabarlah dalam gerak yang cermat
Hiduplah dalam langkah penuh manfaat
Hari ini adalah anugerah dari-Nya
Hari kemarin adalah pelajaran dari-Nya
Kehidupan adalah hadiah-Nya
Setiap nafas adalah nikmat dari-Nya
Pujilah Dia atas segala pemberian-Nya
Sucikan nama-Nya yang menganugerahkan segala
Karena Dia-lah yang paling pantas atas pujian
Karena Dia-lah yang lebih layak untuk diagungkan
Saudaraku,
Manisnya perjumpaan di dunia ini pasti akan diiringi oleh pahit dan getirnya perpisahan. Sejuta harapan dan asa telah coba kita untai dalam perjumpaan penuh makna ini. Meski mungkin lebih banyak kenyataan yang jauh dari impian, namun kiranya Allah SWT Maha Mengetahui kondisi diri kita dan kapasitas kita saat ini yang masih terus berusaha untuk mulia di hadapanNya.
Kesempurnaan mutlak hanya milik Allah SWT. Mungkin tidak sedikit lisan ini telah melukai banyak hati.
Karenanya bukakanlah pintu maaf
Untuk kami yang alpa ini
Betapapun, kami bersyukur menemui pribadi-pribadi unik di hadapan kami
Untuk menjadi teman berbagi dan memperkaya jiwa kami
“Wahai manusia…jangan engkau menjadi orang yang terlambat dalam bertaubat, membumbung angan-angan dan mengharap kenikmatan hidup di akhirat tanpa amal.
Berkata seperti ahli ibadah, beramal seperti orang munafik…
Jika diberi karunia tidak pernah mau menerima apa adanya. Jika tidak diberi tidak mau bersabar.
Mengajak berbuat baik pada orang lain tapi ia sendiri mengabaikannya. Mencegah orang lain agar tidak berbuat nista, sementara ia sendiri melakukannya.
Mencintai orang yang suka berbuat baik, namun ia sendiri tidak termasuk di dalamnya. Membenci orang yang bersikap hipokrit, padahal ia termasuk di dalamnya.
Mengatakan sesuatu yang tidak ia perbuat dan melakukan apa yang ia cegah. Menuntut orang lain memenuhi janji, namun ia sendiri mengkhianatinya.
Wahai manusia! dalam setiap pergantian hari, sesungguhnya bumi selalu berkata kepadamu.
Wahai manusia! Engkau berjalan di atas punggungku. Kemudian jenazahmu ditaruh di dalam perutku. Engkau makan sesuka hatimu di atas punggungku dan setelah itu ulat-ulat memakan bangkaimu di dalam perutku.
Wahai manusia! sungguh aku ini adalah sarang binatang buas, rumah saling menuntut, rumah tempat tinggal bersama, rumah kegelapan, sarang ular dan kalajengking. Maka hendaknya engkau membangun diriku, bukan justru memporak-porandakan diriku.”
(sebuah tulisan di curi dari laptop istri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar