Hukum Logam VS Hukum Buih
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit maka mengalirlah ia (air)di lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mangambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat ada pula buihnya seperti (buih arus itu) itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan tentang yang benar dan yang batil, Adapun buih akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya, tetapi yang bermanfaat bagi manusia akan tetap ada di bumi, demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpaan.” (QS.Ar-Ra’du : 17)
Ada hukum logam dan ada hukum buih yang selalu kita saksikan tiap detik kehidupan kita, tiap tapak langkah-langkah perjuangan kita. Pilihan ini selalu muncul di dihadapan kita, eksis sebagai logam atau lenyap seperti buih. Dalam perputaran dakwah dan regulasi dakwah kita terjaring dengan dua kriteria itu, logam yang bermanfaat atau buih dengan takdirnya sebagai sampah dan sisa. Ada pejuang yang memilih sebagai buih karena orientasinya yang salah, azzamnya yang lemah, atau pemahamannya yang berubah, ya berubah karena kondisi internal diri atau lingkungan eksternal sehari-hari. Menjadi logam bukan hanya perkara pilihan, namun ia adalah jalan hidup, peta perjuangan dan akhir dari kesudahan. Katakanlah: "Inilah jalan ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".(QS. Yusuf : 108)
Dalam sejarah panggung kehidupan ini bertebaranlah lakon-lakon individu-individu logam, bak sebuah Cinema kita tonton dan kita saksikan film kehidupan mereka. Heroik, Tragis, membuat mata ini grimis, berkobar-kobar rasa di dada, bangkit dan bercita-cita ingin seperti mereka. Rasululloh dan para sahabat adalah sekeping logam-logam mulia itu, ah saya tak ingin bercerita tentang Beliu Rasululloh Shalallohu’alaihiwasallam dan para Sahabatnya Radhiallohuajma’in, mereka semua mulia dan sangat sempurna sudah banyak para sejarawan dan alim ulama yang bercerita kepada kita mungkin,
tapi coba kita tengok kehidupan seorang Hasan Al-Hudaibi Mursyid ‘Am Jama’ah Ikhwanul Muslimin kedua yang menggantikan Hasan Al-Banna, biarlahlah sang istri yang bercerita kepada kita, Tatkala sa’diyah Hanim istri seorang menteri datang menjenguk dan menghibur Ummu Usamah dan anak-anak putrinya saat Al-hudhaibi dipenjara, Ummu Usamah berkata dengan tegas, “apakah anda ingin member tahu kepadaku dan anak-anak putrikubahwa hukum telah ditetapkansebelum dilaksanakannya pengadilan?wahai Sa’diyah hanim, saya mohon agar anda mendengar baik-baik danmenyampaikan kepada tuan menteri bahwa Hasan Al-Hudhaibi tidak memegang kepemimpinan Ikhwanul Muslimin kecuali setelah menyaksikan pendahulunya yang agung Asy-Syahid Hasan Al-Banna telah diculik dan dibunuh dengan terang-terangan dijalan protokol ibukota negara. Hudhaibi tidak menerima menjadi pengganti kecuali karena menunggu akhir kehidupan yang sama dengan beliau.”
Coba kita tengok lagi cerita heroik lainnya yang hampir mirip yakni tentang Syahidnya Dr. Ar-Rantisi, beliau megucapkan sebuah kalimat yang sangat terkenal beberapa waktu sebelum menjemput syahid : “every body will die, whether by cancer or apache, I prefer apache.” Bliau tahu bahwa konsekuensi logis dari tindakannya menggantikan piminan hamas sebelumnya yaitu syiekh Ahmad Yasin yang beberapa waktu lalu juga menjemput syahidnya dengan dentuman roket-roket apache yang mengoyak tubuh rentanya yang duduk diatas kursi roda hampir lima puluh tahun. Ia Dr. Ar-rantisi memenuhi cita-cita syahidnya “I prefer apache“.
Selayaknya kita ingin menjadi logam itu, keras tak mudah rapuh, ditempa begitu rupa berubah menjadi berharga, ditambang dari lapisan tanah bawah yang tak gampang, menggambarkan ia langka sulit dicari orang, ia spesial sungguh dan kita berharap sekali lagi berada di kumpulan logam-logam itu. Aku tak ingin menulis menceramahi kita semua namun coba kita simak apa yang dikatakan oleh individu logam berikut ini :
“Sejarah islam ditulis dengan hitamnya tinta ulama dan merahnya darah para syuhada.” (Dr. Abdulloh Azzam).
Dan kita membenarkan bahwa mereka para individu-individu logam itu membentuk jama’ah-jama’ah logam atau jama’ah-jama’ah logam itu melahirkan mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar